Sebaik-baik keadaan adalah menjaga lidah dari mengumpat, mengadu domba, dusta, bermusuhan, berdebat dan sebagainya. Di samping itu hendaknya perlu di ingat bahwa berbicara tentang sesuatu yang tidak penting pun tak ada manfaatnya. Hanya menyia-nyiakan waktu dan menghabiskan usia. Daripada sibuk berbicara tentang sesuatu yang tidak penting, lebih utama jika engkau membaca kalimat Laailaaha illallaah, berdzikir kepadaNya, membaca Subhanallaah dan bertafakur.
Modal utama manusia adalah waktu. Jika ia menggunakan waktu untuk sesuatu yang sia-sia maka ia tidak akan sapat menyimpan pahala akhirat. Ia menyia-nyiakan modalnya. Karena itu Rasulallah saw. bersabda, “Meninggalkan sesuatu yang tidak penting termasuk sesuatu yang dapat menjadikan Islam seseorang baik.”
Diriwayatkan bahwa Rasulallah saw.
pernah berkata kepada Abu Dzar, “ Wahai Abu Dzar, maukah engkau kuajari amal
yang ringan dilaksanakan tetapi berat timbangannya?” Abu Dzar menjaawab,
“Tentu, Ya Rasul.” Rasulallah saw. berkata, “Yaitu diam, akhlak yang baik dan
tidak melakukan sesuatu yang tak penting.”
Mujahid berkata: Aku mendengar Ibnu
Abbas berkata bahwa lima perkara yang lebih disukai daripada dua yang disiapkan
yaitu:
a. Janganlah berbicara sesuatu yang tidak penting. Sesungguhnya kata-kata yang tidak perlu itu dapat menimbulkan dosa. Jangan berbicara tentang sesuatu yang penting tetapi tidak pada tempatnya.b. Janganlah bermusuhan dengan orang yang murah hati dan orang yang bodoh. Karena orang yang murah hati akan membencimu dan orang yang bodoh akan menyakitimu.c. Sebutlah temanmu jika ia pergi darimu dengan perkataan yang kamu sukai.d. Bergaullah dengan teman yang engkau sukai dan ia menyukai caramu.e. Berbuatlah seperti perbuatan orang yang mengerti bahwa ia dibalas karena perbuatannya baiknya dan dituntut karena perbuatan dosanya.
Bahaya
lidah lainnya ialah bertanya tentang sesuatu yang tidak penting. Kamu akan
menyia-nyiakan waktu jika memaksa untuk bertanya. Padahal pertanyaan itu tidak
terlalu penting bagimu. Misalnya engkau menanyakan kepada orang lain, “Apakah
kamu berpuasa?” Maka orang itu menjawab, “Ya.” Sesungguhnya pertanyaan itu
tidak terlalu penting bagimu, namun dapat menimbulkan keburukan. Yaitu, orang
tersebut menjawab dengan disertai perasaan riya’ maka ibadahnya menjadi gugur.
Jika
seseorang itu berpuasa tetapi menjawab ‘tidak’, berarti ia berbohong. Jika
diam, berarti meremehkanmu. Engkau menjadi sakit hati karenanya. Inilah
keburukan-keburukan dari pertanyaan yang tidak penting.
Begitu pula pertanyaan yang tidak penting terhadap suatu ibadah lainnya. Begitu juga pertanyaan yang tidak penting terhadap perbuatan maksiat atau mengenai sesuatu yang dirahasiakan orang lain (yang ditanyai).[]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar